Pengertian
Koloid
Koloid
berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”.
Koloid atau disebut juga sistem koloid merupakan sistem dispersi dengan ukuran
partikel yang lebih besar daripada larutan, tetapi lebih kecil dari suspensi.
Ukuran partikeel koloid antara 1 – 100 nm. Secara makroskopis, kolid terlihat
bersifat homogen tetapi jika diamati menggunakan mikroskop, koloid bersifat
heterogen. Sistem koloid terdiri ats dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi.
Sifat-sifat
Koloid
·
Efek Tyndall
Gejala penghamburan berkas sinar
(cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
·
Gerak Brown
Gerakan partikel dengan lintasan
lurus dan arah yang acak (zig-zag).
·
Adsorpsi
Peristiwa penyerapan muatan oleh
permukaan-permukaan partikel koloid.
·
Koagulasi
Peristiwa menggumpalnya koloid dan
membentuk endapan.
·
Kestabilan Koloid
Karena sifat koloid yang kurang
stabil maka ada beberapa cara yang dilakukan untuk mempertahankan kestabilan
koloid tersebu, antara lain adalah elektroforesis, dialisis, dan koloid
pelindung. Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang
bermuatan dengan menggunakan arus listrik. Dialisis adalah pemisahan koloid
dari ion-ion pengganggu. Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat dapat
melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
·
Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan interaksi antara
partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, sistem koloid dibedakan
menjadi dua macam, yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah
koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Contohnya
adalah dispersi sabun, kanji, deterjen. Sedangkan koloid liofob adalah sistem
koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya.
Contohnya adalah sol logam, sol Fe(OH)3.
Pembuatan
Koloid
Koloid dibuat dengan dua cara yaitu, cara dispersi dan
kondensasi. Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. Cara
dispersi dibagi lagi menjadi :
1. Dispersi langsung (mekanik)
Menurut cara ini, butir-butir kasar
digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan
tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi
2. Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan
cara memecah partikel-partikel besar dengan menambahkan ion sejenis (zat pemecah
tertentu).
3. Busur Bredig
Busur
bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam.
Cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar ukuran
partikel, umumnya dari larutan diubah menjadi koloid. Cara
kondensasi dibagi lagi menjadi:
1. Reaksi Hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk
membentuk koloid basa dari garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
2. Reaksi Redoks
Reaksi ini melibatkan perubahan
bilangan oksidasi. Contohnya adalah pembuatan sol belerang dengan mengalirkan
gas H2S ke dalam larutan.
3. Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya
dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut (endapan) yang
dihasilkan pada reaksi kimia.
4. Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia,
koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. Contohnya adalah apabila
larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu
koloid berupa gel.
Penerapan
Sistem Koloid
Penerapan sistem koloid dapat kita temukan di kehidupan
sehari-hari bahkan contoh dari sistem koloid itu sendiri. Penerapan dari sifat
sistem koloid diaplikasikan dalam kegiatan cuci darah, pengolahan air bersih
dsb. Sedangkan untuk contoh koloidnya kita bisa menemukannya dalam pangan yang
kita konsumsi sehari-hari. Contohnya adalah agar-agar, susu, teh, cireng, cake,
pempek dll. Pempek adalah salah satu produk yang memanfaatkan sistem koloid
dalam pembuatannya. Adonannya merupakan koloid berjenis gel sedangkan kuahnya
adalah emulsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar