Kamis, 27 Februari 2014

Teori Dasar Koloid



Pengertian Koloid
Koloid berasal dari kata “kolia” yang dalam bahasa Yunani berarti “lem”. Koloid atau disebut juga sistem koloid merupakan sistem dispersi dengan ukuran partikel yang lebih besar daripada larutan, tetapi lebih kecil dari suspensi. Ukuran partikeel koloid antara 1 – 100 nm. Secara makroskopis, kolid terlihat bersifat homogen tetapi jika diamati menggunakan mikroskop, koloid bersifat heterogen. Sistem koloid terdiri ats dua fasa, yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi.


Sifat-sifat Koloid
·    Efek Tyndall
Gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid.
·    Gerak Brown
Gerakan partikel dengan lintasan lurus dan arah yang acak (zig-zag).
·    Adsorpsi
Peristiwa penyerapan muatan oleh permukaan-permukaan partikel koloid.
·    Koagulasi
Peristiwa menggumpalnya koloid dan membentuk endapan.
·    Kestabilan Koloid
Karena sifat koloid yang kurang stabil maka ada beberapa cara yang dilakukan untuk mempertahankan kestabilan koloid tersebu, antara lain adalah elektroforesis, dialisis, dan koloid pelindung. Elektroforesis adalah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik. Dialisis adalah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
·    Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya, sistem koloid dibedakan menjadi dua macam, yaitu koloid liofil dan koloid liofob. Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya. Contohnya adalah dispersi sabun, kanji, deterjen. Sedangkan koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya. Contohnya adalah sol logam, sol Fe(OH)3.

Pembuatan Koloid
Koloid dibuat dengan dua cara yaitu, cara dispersi dan kondensasi. Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel. Cara dispersi dibagi lagi menjadi :
1.       Dispersi langsung (mekanik)
Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium dispersi
2.       Peptisasi
Proses peptisasi dilakukan dengan cara memecah partikel-partikel besar dengan menambahkan ion sejenis (zat pemecah tertentu).
3.        Busur Bredig
Busur bredig adalah suatu alat yang khusus digunakan untuk membentuk koloid logam.
Cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar ukuran partikel, umumnya dari larutan diubah menjadi koloid. Cara kondensasi dibagi lagi menjadi:
1.      Reaksi Hidrolisis
Reaksi ini umumnya digunakan untuk membentuk koloid basa dari garam yang dihidrolisis (direaksikan dengan air).
2.      Reaksi Redoks
Reaksi ini melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Contohnya adalah pembuatan sol belerang dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan.
3.      Pertukaran Ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
4.      Penggantian Pelarut
Selain dengan cara-cara kimia, koloid juga dapat terjadi dengan penggantian pelarut. Contohnya adalah apabila larutan jenuh kalsium asetat dicampur dengan alkohol, maka akan terbentuk suatu koloid berupa gel.

 Penerapan Sistem Koloid
Penerapan sistem koloid dapat kita temukan di kehidupan sehari-hari bahkan contoh dari sistem koloid itu sendiri. Penerapan dari sifat sistem koloid diaplikasikan dalam kegiatan cuci darah, pengolahan air bersih dsb. Sedangkan untuk contoh koloidnya kita bisa menemukannya dalam pangan yang kita konsumsi sehari-hari. Contohnya adalah agar-agar, susu, teh, cireng, cake, pempek dll. Pempek adalah salah satu produk yang memanfaatkan sistem koloid dalam pembuatannya. Adonannya merupakan koloid berjenis gel sedangkan kuahnya adalah emulsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar